Dua Pasang Hati
A
A
A
Seperti misalnya, ketika Keenan sedang sibuk magang di Sumber Laras, Feli selalu mendukungnya.
Bahkan dia secara spesial memasakkan nasi goreng (walaupun tanpa pete, kesukaan Keenan) yang rasanya sangat enak. Ya, Feli alergi dengan pete, maka itu Keenan tidak bisa berbuat apa-apa selain memberikan pengertiannya dengan tulus. Menyentuh pete aja, kulitnya bisa gatal-gatal. Tapi nggak apa-apa, yang penting Feli tidak jauh darinya. Sementara Lara... Aduh, kalian semua harus percaya sama Keenan. Masakan Lara bisa berdampak buruk bagi kesehatan kalian.
Gadis itu sama sekali nggak bisa memasak. Selalu ada kurangnya, entah terlalu asin atau bahkan hambar. Belum lagi, gosong-gosong yang bisa terlihat dengan mata telanjang pada nasinya. Bikin Keenan bergidik geli saat memakannya. Sewaktu dulu, Keenan pernah berkunjung ke rumah Lara, itupun karena suruhan papanya. Walaupun awalnya enggan, akhirnya Keenan setuju ke rumah Lara. Sebelumnya, Lara udah tahu jika Keenan akan berkunjung ke rumahnya.
Maka saat itu, segeralah gadis itu bergegas ke dapur untuk memasakkan nasi goreng sambal petai, kesukaan Keenan. Cowok itu juga tak tahu dari siapa Lara tahu apa makanan kesukaanya. Alih-alih mencicipi masakan enak buatan gadis itu, Keenan malah sesak napas saat ia menginjakkan kaki di rumahnya. Bayangin, masak sepiring nasi goreng aja, dapur mamanya sampe meledak! Mau nggak mau, Keenan turut membantu Lara yang saat itu mukanya sudah dipenuhi dengan abu gosong dari nasi gorengnya itu.
”AAAA!” Lara berteriak panik. Jantung Keenan sampe mau copot dibuatnya, Keenan bergegas langsung ke dapur rumah Lara. Didapatinya gadis itu sudah tertutupi oleh asap yang berasal dari kompor gas di dapurnya. Ia tak lagi dapat menahan rasa sesaknya, sehingga ia terbatuk-batuk. ”Ra! Uhuk!” Cowok itu juga ikut terbatuk.
Begitu asap mulai turun, Keenan mendapati wajah Lara menghitam karena abunya juga keluar menutupi asap dari kompor yang meledak itu. Gadis itu melompat ke tubuh Keenan, refleks memeluk tubuhnya erat-erat. Entah disengaja atau tidak, Keenan udah nggak mampu berpikir lagi. Dilihatnya wajah gadis itu ketakutan, sampai-sampai ia membenamkan tubuhnya di dada bidang Keenan.
”Ra, aduh.. lo ngapain sih ndusel-ndusel begini di baju gue?” protes cowok itu dengan raut wajah kesal. Gadis itu melongokkan kepalanya, memandang rahang tegas Keenan. Didapatinya cowok itu merengutkan wajahnya, sepertinya dia kurang nyaman dengan posisi mereka yang saling berpelukan. Lara segera membetulkan posisi berdirinya. Ia menggaruk kepalanya yang nggak gatal, lalu dengan sengaja memalingkan wajahnya ke arah lain.
Tapi tiba-tiba Keenan malah mencondongkan wajahnya ke arah Lara, yang refleks membuat wajahnya semakin dekat. Jantung Lara enggan berdetak lebih pelan, seiring wajah cowok itu begitu dekat dengannya. Cowok berhidung mancung itu membuatnya nggak bisa berkutik, atau mengerjapkan matanya sekali. Tiba-tiba saja, Keenan mengulurkan tangannya yang seolah ingin mengelus wajah Lara, membuat gadis itu bersemu merah seketika. Aduh, Keenan ada-ada aja deh...
Alihalih mengelus wajah Lara, yang ada dia mengambil sebuah kain sejenis handuk yang tergantung di daun pintu lemari piring Lara, dan memberikannya pada gadis itu. ”Sana, bersihin muka lo,” cetus Keenan tanpa seulas senyum di bibirnya. ”Ha?” jawab Lara nggak paham. ”Udah deh, cepetan. Bersihin sana,” perintah cowok itu dengan wajah datar. Lara mengangguk tak paham dan langsung ngeloyor pergi ke kamar mandi. Belum sampai beberapa detik, Keenan kembali mendengar suara teriakan Lara dari dalam.
Ia mengangkat bokongnya malas, kenapa lagi sih dengan cewek ini? ”Kenapa lagi sih...?” Keenan mengangkat suaranya dengan malas. Mulut Keenan terkatup beberapa detik. Wajah cewek itu sudah bersih dari abu-abu yang menorehkan noda di wajahnya. At least 3 seconds, he felt his heart was bumping so fast . Keenan menyadarkan dirinya kembali, wajahnya kembali datar sambil berucap, (bersambung)
Oleh:
VANIA M. BERNADETTE
Bahkan dia secara spesial memasakkan nasi goreng (walaupun tanpa pete, kesukaan Keenan) yang rasanya sangat enak. Ya, Feli alergi dengan pete, maka itu Keenan tidak bisa berbuat apa-apa selain memberikan pengertiannya dengan tulus. Menyentuh pete aja, kulitnya bisa gatal-gatal. Tapi nggak apa-apa, yang penting Feli tidak jauh darinya. Sementara Lara... Aduh, kalian semua harus percaya sama Keenan. Masakan Lara bisa berdampak buruk bagi kesehatan kalian.
Gadis itu sama sekali nggak bisa memasak. Selalu ada kurangnya, entah terlalu asin atau bahkan hambar. Belum lagi, gosong-gosong yang bisa terlihat dengan mata telanjang pada nasinya. Bikin Keenan bergidik geli saat memakannya. Sewaktu dulu, Keenan pernah berkunjung ke rumah Lara, itupun karena suruhan papanya. Walaupun awalnya enggan, akhirnya Keenan setuju ke rumah Lara. Sebelumnya, Lara udah tahu jika Keenan akan berkunjung ke rumahnya.
Maka saat itu, segeralah gadis itu bergegas ke dapur untuk memasakkan nasi goreng sambal petai, kesukaan Keenan. Cowok itu juga tak tahu dari siapa Lara tahu apa makanan kesukaanya. Alih-alih mencicipi masakan enak buatan gadis itu, Keenan malah sesak napas saat ia menginjakkan kaki di rumahnya. Bayangin, masak sepiring nasi goreng aja, dapur mamanya sampe meledak! Mau nggak mau, Keenan turut membantu Lara yang saat itu mukanya sudah dipenuhi dengan abu gosong dari nasi gorengnya itu.
”AAAA!” Lara berteriak panik. Jantung Keenan sampe mau copot dibuatnya, Keenan bergegas langsung ke dapur rumah Lara. Didapatinya gadis itu sudah tertutupi oleh asap yang berasal dari kompor gas di dapurnya. Ia tak lagi dapat menahan rasa sesaknya, sehingga ia terbatuk-batuk. ”Ra! Uhuk!” Cowok itu juga ikut terbatuk.
Begitu asap mulai turun, Keenan mendapati wajah Lara menghitam karena abunya juga keluar menutupi asap dari kompor yang meledak itu. Gadis itu melompat ke tubuh Keenan, refleks memeluk tubuhnya erat-erat. Entah disengaja atau tidak, Keenan udah nggak mampu berpikir lagi. Dilihatnya wajah gadis itu ketakutan, sampai-sampai ia membenamkan tubuhnya di dada bidang Keenan.
”Ra, aduh.. lo ngapain sih ndusel-ndusel begini di baju gue?” protes cowok itu dengan raut wajah kesal. Gadis itu melongokkan kepalanya, memandang rahang tegas Keenan. Didapatinya cowok itu merengutkan wajahnya, sepertinya dia kurang nyaman dengan posisi mereka yang saling berpelukan. Lara segera membetulkan posisi berdirinya. Ia menggaruk kepalanya yang nggak gatal, lalu dengan sengaja memalingkan wajahnya ke arah lain.
Tapi tiba-tiba Keenan malah mencondongkan wajahnya ke arah Lara, yang refleks membuat wajahnya semakin dekat. Jantung Lara enggan berdetak lebih pelan, seiring wajah cowok itu begitu dekat dengannya. Cowok berhidung mancung itu membuatnya nggak bisa berkutik, atau mengerjapkan matanya sekali. Tiba-tiba saja, Keenan mengulurkan tangannya yang seolah ingin mengelus wajah Lara, membuat gadis itu bersemu merah seketika. Aduh, Keenan ada-ada aja deh...
Alihalih mengelus wajah Lara, yang ada dia mengambil sebuah kain sejenis handuk yang tergantung di daun pintu lemari piring Lara, dan memberikannya pada gadis itu. ”Sana, bersihin muka lo,” cetus Keenan tanpa seulas senyum di bibirnya. ”Ha?” jawab Lara nggak paham. ”Udah deh, cepetan. Bersihin sana,” perintah cowok itu dengan wajah datar. Lara mengangguk tak paham dan langsung ngeloyor pergi ke kamar mandi. Belum sampai beberapa detik, Keenan kembali mendengar suara teriakan Lara dari dalam.
Ia mengangkat bokongnya malas, kenapa lagi sih dengan cewek ini? ”Kenapa lagi sih...?” Keenan mengangkat suaranya dengan malas. Mulut Keenan terkatup beberapa detik. Wajah cewek itu sudah bersih dari abu-abu yang menorehkan noda di wajahnya. At least 3 seconds, he felt his heart was bumping so fast . Keenan menyadarkan dirinya kembali, wajahnya kembali datar sambil berucap, (bersambung)
Oleh:
VANIA M. BERNADETTE
(ars)